Teori struktur ruang kota
Teori-teori yang melandasi struktur ruang kota yang paling dikenal
yaitu:
Teori Konsentris
Teori ini menyatakan bahwa Daerah Pusat Kota (DPK) atau Central
Business District (CBD) adalah pusat kota yang letaknya tepat di
tengah kota dan berbentuk bundar yang merupakan pusat kehidupan sosial,
ekonomi, budaya dan politik, serta merupakan zona dengan derajat aksesibilitas
tinggi dalam suatu kota. DPK atau CBD tersebut terbagi atas dua bagian, yaitu:
pertama, bagian paling inti atau RBD (Retail Business District) dengan kegiatan
dominan pertokoan, perkantoran dan jasa; kedua, bagian di luarnya atau WBD
(Wholesale Business District) yang ditempati oleh bangunan dengan peruntukan
kegiatan ekonomi skala besar, seperti pasar, pergudangan (warehouse), dan
gedung penyimpanan barang supaya tahan lama (storage buildings).
1.
Zona pusat daerah
kegiatan (Central Business District), yang merupakan pusat pertokoan
besar, gedung perkantoran yang bertingkat, bank,museum, hotel, restoran dan sebagainya.
2.
Zona peralihan atau zona
transisi, merupakan daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik
dilihat dari tempat tinggal maupun sosialekonomi. Daerah ini sering ditemui kawasan permukiman
kumuh yang disebut slum karena zona ini dihuni penduduk miskin. Namun demikian
sebenarnya zona ini merupakan zona pengembangan industri sekaligus
menghubungkan antara pusat kota dengan daerah di luarnya.
3.
Zona permukiman kelas
proletar, perumahannya sedikit lebih baik karena dihuni oleh para pekerja yang
berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya
rumah-rumah kecil yang kurang menarik dan rumah-rumah susun sederhana yang
dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini yaitu working
men's homes.
4.
Zona permukiman kelas
menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan
kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik
dibandingkan kelas proletar.
5.
Wilayah tempat tinggal
masyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit,
perumahan dan halaman yang luas. Sebagian penduduk merupakan kaum eksekutif,
pengusaha besar, dan pejabat tinggi.
6.
Zona penglaju (commuters),
merupakan daerah yang yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau
merupakan batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran.
Teori Sektoral
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD memiliki pengertian yang
sama dengan yang diungkapkan oleh Teori Konsentris.
1.
Sektor pusat kegiatan bisnis
yang terdiri atas bangunan-bangunan kontor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan
pusat perbelanjaan.
2.
Sektor kawasan industri
ringan dan perdagangan.
3.
Sektor kaum buruh atau
kaum murba, yaitu kawasan permukiman kaum buruh.
4.
Sektor permukiman kaum
menengah atau sektor madya wisma.
5.
Sektor permukiman adi
wisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas yang terdiri dari para
eksekutif dan pejabat.
Teori Inti Berganda
Teori ini menyatakan bahwa DPK atau CBD adalah pusat kota yang
letaknya relatif di tengah-tengah sel-sel lainnya dan berfungsi sebagai salah
satugrowing points. Zona ini menampung sebagian besar kegiatan kota,
berupa pusat fasilitas transportasi dan di dalamnya terdapat distrik
spesialisasi pelayanan, seperti retailing, distrik khusus
perbankan, teater dan lain-lain. Namun, ada perbedaan dengan dua teori yang
disebutkan di atas, yaitu bahwa pada Teori Pusat Berganda terdapat banyak DPK
atau CBD dan letaknya tidak persis di tengah kota dan tidak selalu berbentuk
bundar.
1.
Pusat kota atau Central
Business District (CBD).
2.
Kawasan niaga dan
industri ringan.
3.
Kawasan murbawisma atau
permukiman kaum buruh.
4.
Kawasan madyawisma atau
permukiman kaum pekerja menengah.
5.
Kawasan adiwisma atau
permukiman kaum kaya.
6.
Pusat industri berat.
7.
Pusat niaga/perbelanjaan
lain di pinggiran.
8.
Upakota, untuk kawasan
mudyawisma dan adiwisma.
9.
Upakota (sub-urban)
kawasan industri
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan struktur kota dapat
dilihat dari variabel ketinggian bangunan. DPK atau CBD secara garis besar
merupakan daerah dengan harga lahan yang tinggi, aksesibilitas sangat tinggi
dan ada kecenderungan membangun struktur perkotaan secara vertikal. Dalam hal
ini, maka di DPK atau CBD paling sesuai dengan kegiatan perdagangan (retail
activities), karena semakin tinggi aksesibilitas suatu ruang maka ruang
tersebut akan ditempati oleh fungsi yang paling kuat ekonominya.
Teori Konsektoral dilandasi oleh struktur ruang kota di Amerika
Latin. Dalam teori ini
disebutkan bahwa DPK atau CBD merupakan tempat utama dari perdagangan, hiburan
dan lapangan pekerjaan. Di daerah ini terjadi proses perubahan yang cepat
sehingga mengancam nilai historis dari daerah tersebut. Pada daerah – daerah
yang berbatasan dengan DPK atau CBD di kota-kota Amerika Latin masih banyak
tempat yang digunakan untuk kegiatan ekonomi, antara lain pasar lokal,
daerah-daerah pertokoan untuk golongan ekonomi lemah dan sebagian lain
dipergunakan untuk tempat tinggal sementara para imigran.
DPK atau CBD dalam teori ini merupakan pusat segala fasilitas kota
dan merupakan daerah dengan daya tarik tersendiri dan aksesibilitas yang
tinggi.
Menitikberatkan pada peranan transportasi dalam mempengaruhi
struktur keruangan kota. Asumsinya adalah mobilitas fungsi-fungsi dan penduduk
mempunyai intensitas yang sama dan topografi kota seragam. Faktor utama yang
mempengaruhi mobilitas adalah poros transportasi yang menghubungkan CBD dengan
daerah bagian luarnya.Aksesibilitas memperhatikan biaya waktu dalam sistem
transportasi yang ada. Sepanjang poros transportasi akan mengalami perkembangan
lebih besar dibanding zona di antaranya. Zona yang tidak terlayani dengan
fasilitas transportasi yang cepat.
0 komentar:
Posting Komentar